Kembali
Social Project IV: Gerakan Pemuda Desa Damai HBB untuk Sekolah Bebas Perundungan di Kalimantan Selatan
Ditulis : Admin
Minggu, 16 Juni 2024
Perundungan di sekolah telah menjadi masalah serius yang mengganggu sistem pendidikan di Indonesia. Kasus-kasus perundungan, yang melibatkan siswa dari berbagai jenjang pendidikan, kerap terjadi mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bentuk-bentuk perundungan yang sering terjadi meliputi kekerasan fisik dan intimidasi verbal. Dampak dari tindakan ini sangat merugikan, tidak hanya terhadap kesehatan mental dan emosional korban, tetapi juga terhadap proses belajar-mengajar di sekolah. Banyak siswa yang mengalami penurunan prestasi akademik dan kepercayaan diri akibat dari perundungan yang mereka alami.
Situasi ini menarik perhatian pemuda-pemudi Desa Damai Handil Birayang Bawah (HBB) di Kecamatan Bumi Makmur, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Setelah mengikuti pelatihan Gus Dur School for Peace (GDSP) Batch V, mereka menginisiasi proyek sosial bertajuk “Sosialisasi Stop Bullying di MI Assanusiyah,” yang diikuti oleh seluruh siswa kelas 4 hingga kelas 6 dan perwakilan guru pendamping.
Nur Hikmah, salah satu pemudi Desa HBB, mengungkapkan bahwa proyek sosial ini bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik dan guru tentang apa itu perundungan, jenis-jenisnya, serta dampak negatif yang ditimbulkannya. "Kami merasa penting untuk memberikan edukasi mengenai perundungan sejak dini. Anak-anak harus tahu bahwa perundungan bukanlah perilaku yang bisa diterima dan dampaknya bisa sangat merugikan bagi korban," ujar Nur Hikmah.
Pada hari kegiatan, suasana di MI Assanusiyah tampak berbeda. Para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi yang dipimpin oleh pemuda-pemudi Desa Damai HBB. Mereka diajak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait perundungan yang pernah mereka saksikan atau alami. Melalui metode interaktif ini, siswa dapat lebih memahami konsep perundungan dan bagaimana cara menghadapinya.
Selain penjelasan teoritis, sosialisasi ini juga disertai dengan permainan edukatif yang bertujuan memperkuat pesan anti perundungan. Salah satu permainan yang paling disukai adalah permainan peran, di mana siswa diajak untuk berperan sebagai korban, pelaku, dan saksi perundungan. Melalui permainan ini, anak-anak dapat merasakan langsung dampak psikologis dari perundungan dan belajar untuk lebih berempati terhadap orang lain.
"Kami berharap setelah acara ini, anak-anak dapat lebih peka terhadap perilaku perundungan di sekitar mereka dan berani untuk melaporkan atau menghentikan tindakan tersebut," tambah Nur Hikmah. "Kami ingin desa ini menjadi tempat di mana anak-anak bisa belajar dan bermain tanpa takut dirundung. Kami percaya bahwa setiap anak berhak merasa aman dan dihargai," tutupnya.
Dengan semangat yang besar dan dedikasi yang tinggi, pemuda-pemudi Desa Damai HBB terus berupaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Mereka percaya bahwa dengan edukasi yang tepat, perundungan dapat dinetralisir dan setiap anak dapat merasakan kebahagiaan dalam belajar dan bermain tanpa rasa takut.
Para guru juga mendapatkan wawasan baru mengenai cara menangani kasus perundungan mengaku merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini, mereka berharap kegiatan positif seperti ini dapat dilakukan secara berkala. "Sebagai guru, kami juga perlu terus belajar dan beradaptasi dengan tantangan baru. Kegiatan ini sangat membantu kami dalam memahami dan menangani kasus perundungan di sekolah," kata seorang guru pendamping.
Gerakan pemuda-pemudi Desa Damai HBB untuk menciptakan sekolah bebas bullying di Kalimantan Selatan adalah langkah kecil dengan dampak besar. Mereka tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai empati, keberanian, dan penghargaan terhadap sesama sejak dini. Dengan semangat kebersamaan dan dukungan dari berbagai pihak, mereka yakin dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik dan aman bagi generasi masa depan.
Sebagai penutup, Nur Hikmah menegaskan komitmen mereka untuk terus mengawal isu ini. "Kami tidak akan berhenti di sini. Kami akan terus berusaha dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa anak-anak di desa ini bisa belajar dan bermain tanpa rasa takut," tuturnya dengan penuh keyakinan.
Pemuda Desa Damai Handil Birayang Bawah telah memulai sebuah gerakan penting yang diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk melakukan hal serupa, menciptakan Indonesia yang lebih aman dan ramah bagi anak-anak.
Bagikan Artikel: