Kembali

Social Project III: Paulus Oktovianus Adu: Menerangi Rote Barat Laut dengan Cahaya Toleransi

Ditulis : Admin

Minggu, 16 Juni 2024

Di sudut terpencil Rote Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Paulus Oktovianus Adu pemuda asli Rote mempunyai misi besar untuk membawa pendidikan di Rote lebih berkembang dan inklusif. Paulus begitu biasa dia disapa, merasa tergerak oleh ketimpangan pengetahuan dan pola pendidikan yang eksklusif di lingkungannya.

 

"Saya melihat di sekolah siswa-siswi duduk berkelompok-berkelompok, yang beragama Islam hanya duduk sesama Islam, begitu juga dengan Kristen dan Katolik," ungkap Paulus dengan keprihatinan.

 

Berbekal pengalamannya sebagai peserta Gus Dur School for Peace (GDSP) Batch V, Paulus menginisiasi proyek sosial "Peningkatan Nilai-Nilai Pancasila di SMAN 1 Rote Barat Laut" pada 3 Maret 2024. Tujuannya: membuka wawasan para siswa tentang pentingnya toleransi dan membangun lingkungan belajar yang inklusif.

 

Kehadiran Paulus di SMAN 1 Rote Barat Laut disambut hangat oleh kepala sekolah, guru, dan para siswa. Antusiasme mereka terlihat jelas selama pelatihan berlangsung.

 

"Tidak hanya sebatas pelatihan dan seminar yang kami lakukan, namun juga di akhir sesi kami bersama-sama menonton film pendek tentang toleransi dan kemudian meminta peserta untuk mendiskusikannya," jelas Paulus dengan penuh semangat.

 

Melalui materi dan refleksi terhadap film tersebut, Paulus membuka ruang bagi para siswa untuk mengekspresikan diri dan mengaitkan dengan realitas kehidupan mereka di sekolah.

 

"Jika selama ini dengan berteman yang seiman saja mereka anggap sebuah kenormalan, lambat laun mereka mulai sadar, bahwa berteman itu tidak harus yang sesama agama," kata Paulus yang saat ini sedang menuntaskan pendidikan di Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta.

 

Usaha Paulus tak berhenti di situ. Ia berharap inisiatifnya dapat menginspirasi sekolah dan organisasi intra untuk terus mempromosikan nilai-nilai toleransi dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua siswa.

 

"Dari inisiatif kecil ini, kami berharap dapat mengubah perilaku dan pemikiran mereka yang tidak hanya di sekolah, tapi juga di lingkungan masyarakat secara umum," jelas Paulus dengan penuh optimisme.

 

Kisah Paulus adalah contoh inspiratif tentang bagaimana tekad dan kegigihan individu dapat membawa perubahan positif di komunitasnya. Ia menunjukkan bahwa bahkan di daerah terpencil, asa toleransi dan inklusivitas tetap harus terjaga untuk menerangi masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda.

Bagikan Artikel: