Kembali

Perempuan Berdaya, Pendidikan Perdamaian Tercipta

Ditulis : Admin

Selasa, 30 Januari 2018

SEPTIANA TRIUTAMI

 

Dari  banyak refensi yang pernah saya jumpai, baik buku, internet dan sosmed (media social) menuliskan berbagai makna tentang perempuan. Semua maknanya beda-beda ya, tapi bisa saya simpulkan bahwa perempuan itu makluk ciptaan Tuhan yang lemah lembut, penuh kasih sayang dan memiliki aktivitas yang banyak.  Yang saya alami dari sosok  ibu yang melahirkan kemudian mengurus saya hingga besar kemudian  menjadi seorang ibu memang sososk lembut dan penuh kasih sayang itu melekat banget padanya.

 

Sisi perempuan lainnya yakni dia mampu beraktivitas ganda. Kurang tahu juga kenapa saya juga merasa seperti itu. Mulai dapur hingga kasur, dari bangun hingga tidur lagi mampu mengisi harinya dengan berpuluh-puluh kegiatan.  Mungkin itu karena sudah kodrat itu tadi, jadi perempuan diberi kekuatan yang begitu luar biasa.

 

Jiwa yang lemah lembut  ini selain mejadi sosok pengurus rumah tangga ia juga menjadi sosok guru yang memiliki tugas membentuk karakter anak sejak dari dalam rahimnya. Ketika lahir kemudian tumbuh, dihari-hari pertumbuhan itulah sosok ibu, yang membentuk karakter anak berperan.

 

Berbicara sebuah karakter, kemudian dihadapkan dengan permasalahan yang cukup pelik saat ini yakni tidak adanya sebuah perdamaian membuat banyak pemerhati yang mengkaitkan  karakter masyarakat dengan perdamaian.

 

Mengutip dari siaran pers Kementerian PPPA bahwa potensi perempuan untuk menjadi penggerak perdamaian sangat besar.

 

“Bagi kami, peran perempuan, khususnya kaum ibu sebagai pencipta dan penggerak perdamaian sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik karena saat adanya konflik, perempuan dan anak-anaklah yang paling menderita. Sayangnya peran perempuan seringkali luput dari narasi pencegahan konflik. Saya menghimbau agar seluruh perempuan, khususnya kaum ibu mampu menjadi peace maker minimal dalam lingkup keluarga karena keluarga adalah lingkungan yang paling pertama untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian,” tegas Menteri Yohana

 

Menteri Yohana juga menyinggung peran ulama perempuan dalam mendorong proses perdamaian dalam penyelesaian konflik, terutama untuk mengatasi perbedaan dan memperkuat persatuan. Menurut Yohana, ulama memiliki peranan yang penting dalam mengajarkan kerukunan antarumat beragama dan menciptakan deradikalisasi untuk mencegah aksi terorisme.

 

Sudah sangat jelas kutipan dari pemaparan bu menteri bahwa perempuan terlebih sosok ibu memang makluk berperan penting dalam menciptakan perdamaian. nilai perdamaian dapat ditanamkan melalui pendidikan keluarga. Keseharian anak bersama ibu membuat anak lebih nyaman dan dia tidak merasa bersekolah. Nilai-nilai luhur untuk menciptakan kedamaian akan mudah diterima anak melalui interaksi dengan sekitar.

 

Kembali lagi keperempuan, sebagai maklum yang telah difitrahkan oleh pencipta untuk mengurus ranah domestik keluarga, perempuan memiliki banyak keterbatasan. Mulai anggapan bahwa perempuan itu lemah, kapasitas perempuan dianggap rendah, serta beban kerja perempuan yang sangat   berat. Hal-hal itulah yang membuat perempuan kurang percaya diri, kurang berani menyampaikan pendapat dan kurang mendapatkan akses belajar.

 

Kepercayaan diri perempuan perlu di pupuk dari keluaraga. Suami hendaklah memberikan keprcayaan bahwa istri mampu dalam mengurus ranah domestik rumah tanggga. Selanjutnya memberi kesempatan dan kelonggaran kepada istri untuk mengembangkan diri seperti berorganisasi, pengembangan diri di bidang ekonomi dan bidang pendidikan.

 

Di sisi lain pemerintah juga harus terus memberikan fasilitas kepada perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya. Melalui sosialisasi kesadaran gender di kelompok-kelompok masyarakat tingkat paling bawah seperti pengajian dan kegiatan PKK.

 

Begitu banyaknya peran perempuan, membuat perempuan sendiri tidak banyak menyadari bahwa dirinya mampu bertindak lebih dari apa yang dilakukan sehari-hari. dukungan peran serta keluarga dan pemerintah mestinnya terus ditingkatkan. Ketika kunci semua adalah perempuan, tingkatkan kesempatan untuk mencapai perempuan yang berdaya, sehingga pendidikan kedamaian untuk anak pasti akan mencapai keberhasilan.

 

 

Septiana Triutamiibu rumah tangga, pernah bekerja di bagian Humas Universitas Negeri Malang sebagai reporter dan penulis berita.

Bagikan Artikel: