Kembali
Kolaborasi WF dan Pemprov Jateng, Perkuat Kapasitas Guru Sekolah Damai Melalui Pelatihan Berbasis LMS
Ditulis : Admin
Sabtu, 23 November 2024
Salah satu pilar utama Program Sekolah Damai adalah Pilar Toleransi dan Perdamaian. Pilar ini bertujuan untuk mentradisikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian melalui praktik nyata dalam kehidupan sekolah dan ruang kelas, sehingga siswa dapat tumbuh dalam lingkungan yang inklusif dan harmonis. Untuk mendukung penerapan pilar ini secara lebih luas, Wahid Foundation menyadari pentingnya adaptasi terhadap tantangan globalisasi dan era digital. Pelatihan berbasis teknologi menjadi kunci dalam memperluas jangkauan dan efektivitas program ini.
Oleh karena itu, Wahid Foundation bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui dukungan Pemerintah Australia melalui program Australia Indonesia Partnership for Justice 2 (AIPJ 2) menyelenggarakan Pelatihan Guru Sekolah Damai bagi para guru di Jawa Tengah, yang dilaksanakan pada Jumat dan Sabtu, 22-23 November 2024, secara daring berbasis Learning Management System (LMS). Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan bekal kepada para guru untuk menerapkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian dalam kelas mereka dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran yang inovatif.
Pelatihan ini menjadi bagian penting dari implementasi Program Sekolah Damai, yang bertujuan untuk membekali para guru dengan keterampilan mengajarkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan inklusi kepada para siswa. Wahid Foundation memanfaatkan LMS untuk memungkinkan para guru dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dapat berpartisipasi secara fleksibel dan efisien, tanpa terbatas oleh jarak dan waktu.
Plh. Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Siti Kholisoh menyampaikan pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang damai, inklusif, dan toleran bagi kita semuanya.
“Selama kurang lebih lima tahun, Wahid Foundation bersama pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kesbangpol dan para guru Sekolah Damai kami mendapatkan pelajaran bahwa peran guru dalam membangun generasi muda yang cinta damai tidak dapat diragukan lagi dan di tangan guru masa depan generasi muda kita digantungkan,” tutur Siti Kholisoh.
Menurutnya, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas guru dalam mencegah adanya tindakan intoleran maupun cara-cara kekerasan di lingkungan sekolah. Salah datunya dengan melatih menyusun modul prinsip-prinsip nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan dalam pembelajaran sehari-hari.
“Kami berharap pelatihan ini tidak hanya jadi momen belajar, tetapi juga menjadi ajang berbagi pengalaman dan praktik baik antar sesama guru. Kami percaya bahwa guru memiliki kontribusi yang unik yang dapat memperkaya gerakan Sekolah Damai ini. Kami merasa terhormat dapat menjadi bagian dari upaya yang mulia ini dan bersama para mitra dan dukungan dari berbagai pihak, khususnya provinsi jawa tengah melalui RAD PE. Kami akan terus berkomitmen mendampingi sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang damai dan toleran,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Tengah, Haeruddin dalam sambutannya menegaskan bahwa dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2024, salah satunya yang harus disiapkan adalah pembangunan manusia dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Generasi muda tidak hanya dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga harus memiliki karakter kebangsaan yang kuat. Oleh sebab itu, program Sekolah Damai perlu kita kuatkan. Saya secara pribadi menyampaikan terima kasih kepada Wahid Foundation yang telah memulai program Sekolah Damai sejak tahun 2017 yang sangat banyak memberikan nuansa baru dalam pencegahan intoleransi di tingkat sekolah,” tutur Haeruddin.
Haeruddin menegaskan bahwa di Jawa Tengah sudah memiliki sebanyak 79 SMA dan SMK yang disahkan melalui Keputusan Gubernur Nomor 300/1 tahun 2024 tentang Sekolah Damai. Dengan adanya keputusan Gubernur ini, menurut Haeruddin menunjukkan bahwa pemerintah Jawa Tengah hadir dan ikut andil dalam menumbuhkan rasa toleransi kepada generasi muda.
“Kami berharap 79 sekolah tersebut menjadi pionir Sekolah Damai yang dapat menginspirasi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Jangan ada keraguan untuk kita mewujudkan Sekolah Damai dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan di sekolah, sehingga bullying, kekerasan, dan diskriminasi dapat kita hentikan,” tutur Haeruddin.
Dengan pelatihan ini, diharapkan para guru dapat mengimplementasikan metode pengajaran yang lebih inklusif dan damai di sekolah masing-masing, sekaligus memperkuat peran mereka sebagai agen perdamaian. Wahid Foundation berharap pelatihan ini akan menjadi awal dari transformasi pendidikan yang lebih damai dan toleran di seluruh wilayah Jawa Tengah.
Bagikan Artikel: