Kembali

Kisah Shindy Farah Ainy, Pemuda Komunitas The Local Project Candirenggo Mencegah Pernikahan Dini di Lingkungan Sosialnya

Ditulis : Admin

Jumat, 26 Mei 2023

Shindy Farah Ainy, pemudi Kelurahan Candirenggo resah dengan banyaknya pemuda yang menikah di usia dini. Dengan usia yang sangat muda, mereka yang memilih melakukan pernikahan di usia dini belum mempunyai kesiapan secara mental dan materi, dan tidak mempunyai akses pengetahuan tentang dampak kesehatan reproduksi yang bisa terjadi. 

 

Shindy pun tidak sendiri, ia bersama teman-teman komunitasnya  "The Local Project" mempunyai keresahan yang sama. Bahkan, ia dan teman pemuda di komunitasnya mendapatkan informasi dari BKKBN Kecamatan Singosari Kota Malang bahwa laporan permintaan dispensasi menikah meningkat sejak tahun 2022.

 

Saat keresahan tersebut ada dibenak Shindy dan teman-teman pemuda-pemudi komunitas the Local Project, kesempatan untuk mengikuti GDSP Batch 4 pun tidak Shindy dan Komunitasnya sia-siakan. Materi-materi tentang Sembilan nilai Gus Dur, analisis sosial, problem solving, dan project management mereka lahap. Bahkan,  Shindy dan komunitasnya mendapatkan kesempatan untuk menerima ceed grant untuk menjalankan project sosial.

 

Berawal dari keresahan Shindy dan para pemuda di komunitasnya tentang dampak pernikahan di usia dini, ia dan komunitas pemuda The Local Project memilih untuk menjalankan projek sosial pencegahan pernikahan dini melalui seminar dan talk show kepada siswa-siswi di salah satu sekolah. 

 

Hal tersebut Shindy dan komunitasnya lakukan di lingkungan pendidikan untuk menekankan peran lembaga pendidikan lebih aktif memaksimalkan perannya melakukan pencegahan pernikahan usia dini melalui pendekatan yang lebih menyeluruh. Sebab, peran lembaga pendidikan seperti sekolah menurut Shindy, lebih efektif karena sehari-hari para pemuda yang terdiri dari siswa dan siswi beraktifitas di sekolah.

 

Shindy pun menilai bahwa apa yang ia dan komunitasnya lakukan bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada para siswa dan siswi sekolah di tempat mereka belajar tentang dampak negatif dari pernikahan usia dini. Bagi Shindy, kesadaran untuk mengetahui dampak pernikahan usia dini sangat penting untuk diketahui oleh pemuda dan pemudi. Terlebih dengan kondisi sosial yang ada di mana ketimpagan gender antara laki-laki dan perempuan begitu kuat. Perempuan seringkali menjadi korban terbesar dalam kasus pernikahan usia dini. Kondisi tersebut membuat perempuan tidak siap karena harus mempunyai anak dalam usia yang masih relatif muda dan memaksanya untuk menjadi ibu rumah tangga yang terkadang tak berdaya.

 

Sebagai seorang perempuan, Shindy ingin memberikan pemahaman bahwa perempuan juga bisa berdaya. Sebelum memutuskan menikah, bagi Shindy, perempuan harus mempunyai kesiapan dalam segala aspek, sehingga setelah menikah perempuan bisa berdaya dan tidak sekadar menjadi ibu rumah tangga yang berkutat dalam hal domestik.

 

Shindy sendiri sebagai seorang perempuan, merasa perlu melibatkan diri dalam aktifitas sosial. Baginya, aktifitas sosial adalah ruang yang tepat untuk belajar melakukan perubahan dan juga tempat yang tepat untuk bersuara. Sehingga, ia memastikan  bahwa ruang sosial juga ramah bagi perempuan.

 

Sampai saat ini, Shindy dan komunitasnya rupanya masih mengerjakan projek sosial lainnya. Artinya, keikutsertaan Shindy bersama komunitasnya di GDSP Batch 4 tidak berhenti setelah menjalankan seed grant saja, tetapi lebih dari itu, Shindy memastikan untuk terus terlibat dalam aktivitas sosial di desa tempatnya tinggal. Saat ini, karang taruna sebagai wadah pemuda desa pun ia ikuti. Kesadaran tentang nilai-nilai seperti kesataraan, keadilan, dan kemanusiaan menjadi prinsip bagi Shindy untuk terus melakukan perubahan sekecil apapun bentuknya.

Bagikan Artikel: