Saat meniupkan ruh pada calon manusia, Tuhan mungkin memasukkan sesuatu yang membuat mereka kelak merindukan hal-hal asali dan primordial seperti kecintaan kepada kampung halaman. Meski kehidupan membawa kita ke mana-mana, selalu ada perasaan senang untuk pulang atau berbuat sesuatu untuk kampung halaman.
Libasuttaqwa, peneliti Wahid Foundation, lahir di Bima. Puluhan tahun terlempar ke luar pulau: Surabaya, Depok, Bogor dan Jakarta. Kemarin pagi, ia kembali ke pulau yang dikepung laut dan pegunungan itu dan duduk di bangku depan mewakili Wahid Foundation dalam sebuah forum diskusi terpumpun.
Di Bima, Wahid Foundation mengembangkan program pendampingan masyarakat, terutama kelompok perempuan, untuk merespons isu-isu lingkungan, perdamaian, dan aksi-aksi kemanusiaan. Di antara aktivitas utama berupa pelatihan, pendampingan anak muda, dan pelibatan kelompok rentan dan disabilitas. Program yang dijalankan di 7 desa/kelurahan itu didukung UN Women atas dukungan dana dari Pemerintah Korea.
"Kita bersyukur punya program pendampingan dengan waktu cukup panjang. Saya selalu punya harapan, ada program semacam ini di Pulau Seribu," kata saya kepadanya saat kami bicara santai di kamar. Kamar ini ada di lantai empat yang bisa memandang laut dan pelabuhan yang berbaring begitu saja di depan hotel. Rumahnya hanya 15 menit berkendara motor atau mobil dari hotel.
Pak Abdul Wahid, yang mewakili pembina Larimpu tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ada putra Bima yang beraktivitas di lembaga yang didirikan Gus Dur dan dipimpin Yenny Wahid, puteri keduanya. "Kita senang sekali ada 'ordal' yang mau kembali mengembangkan kampung halaman," kata Abdul Wahid.
Larimpu didirikan Bu Atun Wardatun, guru besar UIN Mataram kelahiran Bima. Lepas sarjana strata satu, ia melanjutkan sekolah ke luar negeri hingga gelar doktor. Ia iatri Pak Wahid yang juga guru besar dan kelahiran Bima. Kedua guru besar ini mengesankan buat saya sebab masih mau bergiat dengan pendampingan masyarakat. Mungkin itu tadi. Tuhan telah meniupkan pada manusia kecintaan pada tanah kelahiran.
Ketika Libas bicara di depan empat puluhan pejabat pemerintah kota/kabupaten, lurah/kepala desa, dan perwakilan organisasi masyarakat sipil, saya mengambil gambar dan mengirimnya ke grup Wahid Foundation. "Putera daerah sedang kunjungan daerah," kata saya. "Sebentar lagi poster dan foto akan bertebaran," timpal Siti Kholishoh, Acting Director Wahid Foundation.
Penulis: Alamsyah M Djafar
Peneliti Senior Wahid Foundation
Lombok, 12 Juli 2024
Bagikan Artikel: