Kembali
Kelas Inisiator Perdamaian di Bima: Mempersiapkan Agen Perdamaian untuk Hadapi Konflik dan Bencana
Ditulis : Admin
Selasa, 4 Februari 2025

Bima - Upaya menciptakan masyarakat yang damai dan inklusif terus dilakukan melalui berbagai inisiatif yang melibatkan partisipasi perempuan dan masyarakat lokal. Dalam menghadapi tantangan global seperti konflik sosial, bencana alam, dan perubahan iklim, dibutuhkan agen-agen perdamaian yang mampu berkontribusi langsung di tingkat komunitas. Salah satu upaya yang sedang digiatkan adalah melalui Kelas Inisiator Perdamaian Desa/Kelurahan, di mana para peserta dilatih untuk menjadi pionir dalam membangun perdamaian di lingkungan mereka.
Kegiatan yang terlaksana pada 1-2 Februari 2025 di Rumah Dining, Kota Bima merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Perempuan untuk Perdamaian Berkelanjutan (Nexus) yang dilaksanakan oleh UN Women bekerjasama dengan Wahid Foundation, La Rimpu, dan LP2Der dengan dukungan Korea International Cooperation Agency (KOICA).
Dalam kegiatan ini, Knowledge Management & Future Leader Empowerment Coordinator Wahid Foundation, Rizkiana menyampaikan paparan terkait tujuan utama kelas inisiator perdamaian ini. Ia menjelaskan bahwa kelas ini dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat desa dan kelurahan sehingga mereka mampu menjadi pionir perdamaian di lingkungan masing-masing.
“Kami berharap program Nexus ini bisa membangun kohesi sosial yang inklusif, melibatkan partisipasi masyarakat dari berbagai latar belakang. Selain itu, program ini juga mencermati dampak lebih luas terkait bencana alam dan perubahan iklim yang harus kita hadapi bersama,” ujar Kiki.
Ia menambahkan bahwa peran perempuan harus diperkuat dalam menghadapi tantangan-tantangan ini.
Kemudian, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bima, Hardiansyah menyampaikan bahwa dalam rangka penanggulangan bencana dan konflik sangat dibutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak.
“Kolaborasi multistakeholders sangat dibutuhkan untuk meminimalisir konflik dan menghadapi bencana. Selain itu, tokoh agama juga memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan-pesan kebencanaan dan kepedulian lingkungan kepada masyarakat,” kata pria yang akrab disapa Dian ini.
Ia juga mengusulkan pendekatan khutbah kebencanaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim. “Dengan khutbah kebencanaan, kita dapat membangun kewaspadaan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang kian hari kian rentan terhadap dampak perubahan iklim,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol Kota Bima, M. Hasyim, turut memberikan apresiasi atas inisiatif Wahid Foundation dalam menyelenggarakan kelas perdamaian ini. “Program ini harus terus didorong agar masyarakat dapat menjadi mercusuar yang menyuarakan pesan-pesan perdamaian. Pesan-pesan seperti kesetaraan dan perdamaian harus bisa mengalir dan mengakar di tengah-tengah masyarakat,” tuturnya.
Tentang Kegiatan
Kegiatan ini dihadiri oleh lima orang perwakilan dari setiap desa dan kelurahan yang menjadi sasaran program Nexus. Dari Kota Bima, peserta berasal dari Kelurahan Penatoi, Kelurahan Dara, dan Kelurahan Paruga, sementara dari Kabupaten Bima, perwakilan berasal dari Desa Rato, Desa Roi, Desa Ncera, dan Desa Samili. Para peserta terdiri dari pemuda-pemudi lokal, aktivis komunitas, dan tokoh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap isu perdamaian, kesetaraan, dan penanggulangan bencana.
Melalui kelas ini, peserta diberikan pengetahuan serta keterampilan untuk menjadi agen perdamaian yang tangguh di komunitas mereka masing-masing. Mereka juga berkesempatan untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang berfungsi sebagai panduan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan perdamaian di wilayah mereka.
Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Direktur La Rimpu, Atun Wardatun. Beliau menyampaikan materi mengenai pentingnya partisipasi kelompok marginal dalam pembangunan masyarakat. Menurutnya, partisipasi kelompok marginal yang selama ini jarang dilibatkan memiliki dampak positif bagi terwujudnya kesetaraan dan penghargaan terhadap sesama.
“Semua orang memiliki kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan, tergantung pada kemauan mereka. Kehidupan ini sejatinya adalah rangkaian dari keinginan yang diikuti dengan kemampuan,” ujar Direktur La Rimpu tersebut. Prof. Atun menekankan bahwa keterlibatan seluruh elemen masyarakat akan menciptakan kesadaran dan manfaat yang lebih luas, terutama dalam agenda pembangunan yang inklusif.
Di penghujung kegiatan, seluruh peserta yang hadir bersama-sama menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan perdamaian di desa dan kelurahan masing-masing. RTL ini mencakup berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat kohesi sosial, meningkatkan kapasitas perempuan, serta menanggulangi bencana dan isu-isu perubahan iklim yang dihadapi oleh komunitas setempat. (ZA)
Bagikan Artikel: