Kembali

Cerita Anak Muda Desa/Kelurahan Damai di Depok dan Bogor Jadi Inisiator Perdamaian

Ditulis : Admin

Senin, 18 November 2024

Sebanyak 23 anak muda perwakilan dari Kelurahan Damai Pengasinan, Kelurahan Damai Duren Seribu, dan Desa Damai Tajurhalang antusias mengikuti kegiatan Kelas Inisiator Perdamaian (KIP) Anak Muda Kelurahan/Desa Damai Depok-Bogor di Wisma Hijau pada Sabtu-Minggu 16-17 November 2024. Mereka dengan serius menyimak dan berpartisipasi dalam forum untuk belajar tentang 9 Nilai dan Prinsip Keutamaan Gus Dur , Gender dan Konstruksi Sosial dan Pemetaan Potensi dan Sumber daya.

 

Kelas Inisiator Perdamaian merupakan bagian dari program Desa Damai yang diinisiasi oleh Wahid Foundation dengan dukungan UN Women yang fokus pada peningkatan kapasitas anak muda untuk menjadi pionir dalam deteksi dini konflik dan peningkatan kohesi sosial.

 

Community Development Wahid Foundation, M. Zainal Fanani menjelaskan bahwa anak muda memiliki peran strategis dalam pembangunan desa, terutama dalam mengenali dan mendeteksi dini potensi konflik.

 

“Dengan aktif mengamati lingkungan sekitar, anak muda dapat mendeteksi gejala awal yang bisa memicu konflik, seperti ketidakadilan sosial, ketegangan antar warga, atau kesalahpahaman budaya. Jika gejala-gejala ini dibiarkan, konflik dapat berkembang menjadi masalah yang lebih besar dan sulit diatasi,” tutur Fanani.

 

Adrian Maulana, pemuda dari Kelurahan Pengasinan, mengungkapkan bahwa Kelas Inisiator Perdamaian ini memberikan pemahaman yang sangat berharga mengenai cara mengidentifikasi potensi konflik di lingkungannya. Menurut Adrian, kegiatan ini tidak hanya mengajarkan teori-teori seputar konflik, tetapi juga memberikan ruang untuk langsung menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi nyata.

 

"Kami tidak hanya belajar teori, tapi juga melakukan praktik pemetaan potensi konflik di lingkungan kami. Dengan memahami isu-isu yang ada, seperti ketidaksetaraan ekonomi atau ketegangan antar kelompok warga, kami bisa lebih siap menghadapi dan menyelesaikan permasalahan sosial yang muncul," kata Adrian.

 

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini memberinya keterampilan dalam membaca situasi sosial dan politik di masyarakat yang mungkin bisa memicu konflik, sehingga ia bisa berperan sebagai mediator di lingkungannya.

 

Sementara itu, Ayu Juarsih, pemudi dari Kelurahan Duren Seribu, mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa terlibat dalam program yang dinilainya sangat penting ini. Ia merasa bahwa melalui Kelas Inisiator Perdamaian, ia berkesempatan untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berperan sebagai agen perdamaian di lingkungannya.

 

"Kesempatan ini sangat berharga bagi kami, terutama bagi saya pribadi. Selama ini mungkin kami tidak terlalu menyadari betapa pentingnya peran anak muda dalam menjaga kedamaian dan keharmonisan. Tapi setelah mengikuti kelas ini, saya merasa lebih percaya diri untuk terlibat langsung dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan mencegah konflik. Kami jadi tahu cara-cara untuk mengidentifikasi masalah lebih awal dan berkolaborasi dengan masyarakat lain untuk mencari solusinya," ujar Ayu.

 

Sedangkan Herlina, pemudi dari Desa Tajurhalang, memberikan pandangan mengenai pentingnya kesetaraan gender dalam menciptakan perdamaian di masyarakat. Baginya, kelas ini membuka wawasan baru mengenai bagaimana perempuan juga memiliki peran sentral dalam menjaga kohesi sosial dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam proses perdamaian.

 

"Program ini memberikan perspektif yang sangat berharga tentang pentingnya kesetaraan gender. Kami belajar bahwa peran perempuan dalam menciptakan perdamaian sangat krusial, bukan hanya sebagai pendukung tetapi juga sebagai penggerak utama dalam proses deteksi dini konflik dan peningkatan kohesi sosial. Di sini, kami juga diajarkan bagaimana mengajak perempuan lain untuk lebih berperan aktif di masyarakat, sehingga lingkungan kami bisa lebih inklusif dan damai," jelas Herlina.

 

Ia juga menambahkan bahwa dalam lingkungan seperti Desa Tajurhalang, perempuan sering kali diabaikan dalam pengambilan keputusan, namun setelah mengikuti program ini, ia merasa semakin yakin bahwa peran perempuan tidak hanya penting, tapi juga harus diperjuangkan demi kesejahteraan dan perdamaian seluruh masyarakat. (ZA)

Bagikan Artikel: