
SRI SULISTIYANI
Tujuh belas tahun kami Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember membuka layanan konsultasi untuk para perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Banyak kasus pahit, getir, satir hingga memporak porandakan kehidupan perempuan diungkap dan terus diupayakan solusinya.
Ada suami memukuli istri dan anak, penelantaran keluarga, selingkuh dan kawin lagi, pemaksaan kehendak yang melanggar hak asasi, hingga pemerkosaan ayah kandung terhadap anak kandung. Kasus datang seperti air hujan, kadang deras, kadang rintik, kadang reda, namun selalu ada, berhenti, dan datang lagi. Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi acap mereda seiring waktu, lalu kemesraan dan kemudian berganti kekerasan kembali. Siklus yang terus bergulir seakan tak mampu dipatahkan.
Sebuah kasus, seorang janda cantik mantan penari dengan dua anaknya yg masih sekolah. Ia menikah dengan seorang laki-laki pegawai. Setiap hari dihina dan diperlakukan buruk oleh suaminya, namun ia bertahan. Ia sering konsultasi, rupanya sekedar untuk curhat. Dan ia kembali pada suaminya yang telah menganiayanya. Hingga suatu malam, suaminya mengancam membunuhnya dengan pisau di tangan. Ia lari mengunci diri di dalam kamar. Kemudian reda kembali, karena ia mengalah mengaku salah akan apa yang tak pernah dilakukannya. Pengajuan gugat cerainya ia cabut kembali, dengan alasan sudah akur.
Berikutnya dia temukan suaminya hendak memperkosa putri bungsunya. Ia merasa lututnya seperti tak bertulang. Ia datang kepada saya sambil menangis meraung-raung memeluk saya. Kembali ia minta didampingi untuk mengajukan gugat cerai, namun kemudian ia batalkan lagi. Lima tahun berlalu, saat anak pertamanya lulus SMA dan mendapat pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk menopang hidup mereka bertiga, saat itulah ia tegas mengatakan pada suaminya, “Saya ceraikan kamu.” Gugat ceraipun dilayangkan ke Pengadilan Agama, dan diproses hingga keluar putusan cerai secara resmi. Mereka hidup bahagia bertiga, dan sekarang anak-anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai anak-anak yang manis.
Perempuan sangat sulit membuat keputusan jika terjadi kekerasan dalam rumah tangga, karena ketergantungan ekonomi perempuan pada suami pelaku kekerasan. Perempuan merasa takut atau gamang, bagaimana kehidupannya setelah berpisah dari suaminya nanti. Takut tidak bisa makan sehari-hari, takut tidak bisa membiayai sekolah anak-anak, takut tidak bisa bertahan hidup. Pola pikir seperti ini seringkali membawa perempuan tidak berani memutus lingkaran kekerasan dalam rumah tangganya.
Maka sebuah jalan yang harus dirintis adalah semua perempuan tanpa kecuali harus mandiri secara ekonomi. Kemandirian ekonomi perempuan bisa diukur secara sederhana. Minimal ia bisa menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan dasarnya sendiri. Untuk biaya makan minum, pakaian dan tempat tinggal. Makan minum sederhana sehat sehari-hari. Pakaian layak walau tak harus baru. Tempat tinggal misalnya kos sewa kamar, sewa rumah atau beli rumah. Kendalanya adalah, banyak ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau berhenti bekerja setelah menikah atau setelah punya anak. Dan banyak juga perempuan yang merasa tidak punya kemampuan bekerja, sehingga tidak tahu bagaimana caranya menghasilkan uang.
Dua tahun lalu saya menggagas dan mendirikan grup whatsapp (WA) Pasar Kita. Semua anggotanya adalah perempuan. Semula anggotanya hanya sangat sedikit dibawah sepuluh orang. Namun karena semua anggota saya jadikan admin, maka semua anggota bisa memasukkan kawan-kawannya yang perempuan. Grup WA Pasar Kita adalah sebuah grup swa pasar, jadi saling berniaga berjual beli di antara anggota sendiri. Barang dan jasa yang ditawarkan bisa apa saja.
Dengan semangat bahwa semua perempuan punya kemampuan dan ketrampilan, maka produksi dan perniagaan bisa dimulai. Sebagai contoh ada seorang ibu yang curhat dia tidak punya ketrampilan apapun selain memasak untuk keluarganya. Kemudian ibu ini mendapat masukan dari anggota grup yang lain. Akhirnya ia membuat layanan catering harian untuk anggota lain yang sedang sibuk dan tidak sempat memasak. Menu sederhana saja, nasi, sayur asem, tempe goreng, pepes tongkol. Lalu ada yang mulai merancang bisnisnya dengan berjualan mie ayam dengan sistem pre order, sehingga tidak perlu khawatir masakannya tidak laku dan basi. Ada yang menawarkan les privat, pijat, antar jemput anak ke sekolah, bersih-bersih rumah, menyetrika baju dll.
Pasar Kita berkembang hingga sekarang jumlah anggotanya lebih dari 256 orang. Karena maksimal anggota grup di WA adalah 256 orang. Maka grup Pasar Kita sekarang dikembangkan ke grup Telegram agar bisa menampung lebih banyak anggota. Saat ini berbagai barang dan jasa diniagaan di Pasar Kita. Barang berupa makanan minuman, baju dan assesories, mebel dan perlengkapan rumah tangga, rumah tanah, sepeda, motor hingga mobil, dll. Jasa berupa les atau kursus pelajaran dan ketrampilan (pelajaran sekolah, membuat kue, tas, jahit, rajut), transportasi antar jemput, ojek dan sewa kendaraan, paket wisata, layanan reparasi teepon selular, laptop, bahkan kompor, layanan pijat dan salon keliling, jahit baju dll.
Melalui Pasar Kita semua perempuan bisa berbisnis. Dengan semangat swa pasar, perempuan bisa berbelanja dan berjualan kepada sesama perempuan, agar semua perempuan bisa menghasilkan uang. Karena dengan membantu semua perempuan mandiri secara ekonomi, berarti membantu perempuan untuk bisa mandiri dalam mengambil keputusan terbaik untuk kehidupan dirinya. Ada yang menceritKan tentang suaminya yang berhenti menghinanya setelah tahu istrinya bisa menghasilkan uang. Karena Selama ini suaminya selalu menghinanya sebagai istri yang tidak bisa apa-apa. Ada ibu korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang merasa meningkat kepercayaan dirinya setelah bisa berbisnis di Pasar Kita. Karena selain bisa menghasilkan uang untuk biaya kehidupannya dan anak-anaknya ia juga memperoleh banyak teman baru yang saling menguatkan. Sehingga ia berani mengambil keputusan utk mengakhiri kekerasan atau bercarai dari suaminya.
Untuk menjaga fokus pada tujuan serta untuk mengatur dinamika grup, maka perlu diadakan peraturan grup. Peraturan grup di Pasar Kita adalah: tidak boleh kirim copas (tulisan hasil copy paste dari tulisan orang lain), tidak boleh berjualan produk-produk MLM, harus menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris atau bahasa daerah Nusantara yang umum digunakan dalam perniagaan. Bagi peserta yang melanggar akan dikeluarkan dari grup. Contoh pelanggaran: kirim copas dikeluarkan. Karena copas tidak mendidik perempuan, selayaknya perempuan bisa mengembangkan diri dengan menuliskan pengalamannya sendiri bukan melakukan copas yang tidak jelas kebenarannya.
Contoh pelanggaran lain: berjualan produk MLM namun berdalih hanya berjualan saja tidak merekrut anggota, dikeluarkan. Karena MLM bukan model bisnis yang memberdayakan perempuan, jadi tdk perlu memperdagangkannya. Pelanggaran lainnya: berjualan dengan menggunakan bahasa yang biasa digunakan oleh kelompok radikal tertentu. Misal: monggo “afwan” atau “ukhti” silakan “dipinang” blender-nya, “mahar”-nya hanya Rp 200.000 saja. Anggota yang melakukan demikian langsung dikeluarkan. Karena ini merupakan bentuk pelanggaran atau perancuan bahasa. Masak manusia disuruh kawin sama blender. Ada ada saja.
Grup Pasar Kita adalah grup swa pasar untuk semua perempuan tanpa memandang ras, suku, agama, serta predikat-predikat yang lain. Sehingga memang bahasa perlu diperhatikan agar netral dan semua merasa nyaman. Bahwa kita semua perempuan adalah bersaudara. Saling mendukung saling menguatkan dan terus menjaga kerukunan tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, dan golongan.
Di antara anggota Pasar Kita ternyata ada beberapa sarjana hukum dan pengacara. Kemudian para pengacara dan sarjana hukum ini berkumpul dan mendirikan LBH Jentera Perempuan. Sehingga ketika ada anggota grup Pasar Kita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau pelanggaran hak atau ingin melakukan gugat cerai bisa berkonsultasi dan mengajukan permohonan pendampingan hukum maupun pendampingan sosial kepada LBH Jentera Perempuan. Semua layanan diberikan secara gratis. How wonderful to be a woman?
Sumber gambar: Mata-Rajawali.com
Sri Sulistiyani, pegiat perempuan dan guru matematika SMA yang tinggal di Jember.
Penggagas dan pendiri organisasi Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember, grup Pasar Kita/ Perempuan Jember.
Bagikan Artikel: