Kembali
Yenny Wahid Ajak Perempuan Indonesia Tak Terprovokasi Penyerangan Tokoh Agama
Ditulis : Admin
Senin, 12 Februari 2018
Jakarta. Dalam beberapa hari, setidaknya dua kasus intimidasi dan kekerasan dialami tokoh agama. Minggu pagi ( 10/2), seorang lelaki menyerang beberapa jemaat dan seorang pendeta di Gereja Santa Lidwina Sleman Yogyakarta. Sabtu (9/2), sebuah videonya penolakan seorang biksu di Legok Tangerang Banten, menyebar massal di media sosial.
Biksu itu bernama Mulyanto Nurhalim. Oleh sebagian warga ia dituduh menyalahgunakan tempat tinggal sebagai tempat menggelar bakti sosial dan tempat ibadah. Akhir Januari, pengasuh Pesantren Al Hidayah Cicalengka KH Umar Basri akhir Januari mengalami penganiayaan seorang pelaku yang diduga tak waras.
“Situasi ini jelas bukan kondisi yang lazim di Indonesia. Karena itu melalui forum ini, saya mengajak bapak-bapak dan ibu-ibu di sini, termasuk masyarakat Indonesia bersama-sama meredamnya dengan cara terus menebar perdamaian dan tidak ikut terprovokasi,” ajak Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid, Minggu (11/2).
Ajakan tersebut disampaikan puteri kedua KH. Abdurrahman Wahid ini di hadapan 200-an perempuan dari lebih 9 Kampung Damai yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Mereka, para peserta Peace Festival 2018 yang digelar Wahid Foundation bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Transmigrasi dan UN Women.
Kegiatan ini digelar sejak Jumat hingga Minggu (9-11/2) di Mal Gandaria City Jakarta Selatan. Perhelatan ini diramaikan oleh fashion show, penghargaan Kampung Damai, Konsultasi Keagamaan, dan pelatihan media sosial.
“Ibu-Ibu telah belajar banyak mengenai toleransi dan perdamaian, termasuk bagaimana menyebarkan melalui media sosial. Dengan gerakan Ibu-Ibu ini, kita berharap berkembang menjadi gelombang perdamaian yang bisa menunjukan pada dunia bahwa kita bangsa yang moderat dan toleran. Toleransi dimulai dari kampung-kampung kita.”
Bagikan Artikel: