Kembali
Wahid Foundation Apresiasi Festival Budaya dan Pranata Adat Dompu
Ditulis : Admin
Senin, 12 Agustus 2019
Dompu-Jalan Beringin Dorotangga, menjadi jalan paling sesak siang itu, Sabtu (03/08). Ribuan orang tumpah ruah memadati jalan yang juga jadi tempat Pendopo Bupati Dompu. Hampir sebagian besar dari mereka bersolek. Beberapa mendandani dirinya seperti tokoh wiracarita Mahabarata, Gatotkaca; lengkap dengan mahkota dan sayap-sayapnya. Ada juga yang memakai kebaya, sanggul dengan bedak sedikit tebal dibaluri ruam merah di pipi dan bulu mata makin melentik ala penari Ronggeng. Namun tak sedikit dari mereka memakai jilbab dari kain sarung (Rimpu) dan celana pendek dari kain (Katente Rambe), pakaian adat Dompu.
Mereka membaur riang. Berjalan beriringan menapak ruas jalan Beringin. Meski sebagian dari mereka berasal dari suku yang beragam. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatera, Bali, Lombok, Sulawesi, Flores, Alor, dan Arab. Semuanya menyatu dalam keragaman budaya dan etnis dengan ciri khas dan keunikannya. Inilah miniatur rupa Indonesia. Dipertontonkan dengan sangat elok dalam Pawai Budaya rangkaian acara Festival Budaya dan Pranata Adat Kabupaten Dompu. Diinisiasi Pemerintah Kabupaten Dompu bekerjasama dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Kementerian Sosial Kab. Dompu.
“Festival Budaya dan Adat diharapkan dapat menjadi ajang untuk menggali, mengembangkan nilai seni budaya serta melestarikan dan memelihara khazanah budaya bangsa. Lestarinya budaya dan adat masyarakatnya hidup damai bergandengan tangan membangun Kabupaten Dompu,” terang Bupati Dompu H Bambang M Yasin dalam keterangannya.
Selama tiga jam lebih pawai budaya itu berlangsung, 14.00-17.30 WITA. Malam harinya, bertempat di Pendopo Bupati Dompu digelar acara Pembacaan Deklarasi Perdamaian yang dibacakan langsung oleh perwakilan pemuka adat setempat. Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi yang turut hadir dalam acara tersebut mengapresiasi kerja keras pemerintah Kabupaten Dompu menyemai nilai-nilai perdamaian masyarakatnya. Menurutnya semangat dan niat baik ini perlu terus dijaga. Memperkuat persaudaraan dan ekonomi masyarakat di tingkat desa.
“Program Desa Damai Berbudaya, merupakan kolaborasi konkrit Kemendesa PDTT dengan Wahid Foundation, dipicu oleh rasa bangga kami kepada masyarakat desa yang terus berjuang membangun nilai-nilai persaudaraan dan menjaga kearifan lokal mereka, disertai kreativitas membangun ekonomi desa,” terang Taba sapaan akrabnya.
Gerakan Desa Damai Berbudaya yang diimplementasikan dalam Festival Budaya dan Pranata Adat Kabupaten Dompu ini diharapkan bisa terus bersinergi dan didukung penuh oleh pemerintah. Sehingga dampak perubahannya bisa dirasakan dan dilihat langsung oleh khalayak.
“Di beberapa daerah, Desa Damai Berbudaya telah mendapat pengakuan internasional di Forum Dewan PBB tahun ini. Bahkan, beberapa produk dampingan kami telah diterima di pasar Singapora, Malaysia, dan Jepang,” bangga Taba di hadapan hadirin yang hadir.
Sambutan berakhir. Beberapa perwakilan pranata adat menaiki panggung mereka membacakan teks deklarasi perdamaian yang dipandu oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kab. Dompu Drs Dahlan HAR.
Rangkaian Festival Budaya dan Pranata Adat Kabupaten Dompu ini berlangsung selama tiga hari, 1-3 Agustus 2019. Dimulai dengan gelaran forum perdamaian, pameran expo, pawai budaya dan diakhiri dengan deklarasi damai para pemuka adat. DRK
Bagikan Artikel: