Kembali

Pesantren Ramadan, SMAN 7 Semarang Ajak Siswa Nobar Film Toleransi

Ditulis : Admin

Jumat, 17 Mei 2019

Semarang-Momen suci, Bulan Ramadan acap kali dimanfaatkan oleh sebagian lembaga pendidikan untuk menggelar kegiatan yang membekali peserta didik nilai–nilai keagamaan. Seperti SMAN 07 Semarang ini misalnya. Sekolah yang telah berdiri sejak 1977 ini, menggelar Pesantren Ramadan 1440 Hijriah dengan melibatkan seluruh peserta didik bertempat di Aula Besar SMAN 7 Semarang.

“Pesantren Ramadan ini merupakan salah satu upaya SMAN 07 Semarang menanamkan nilai-nilai qurani pada peserta didik,” terang Abu Khoir, Guru PAI SMAN 07 Semarang, melalui sambungan telepon.

Saat dikonfirmasi lebih lanjut oleh Wahid, Abu Khoir menjelaskan jika Pesantren Ramadan kali ini diadakan secara maraton dan bergantian, disusul dengan peringatan Nuzulul Quran. “Kurang lebih selama tiga hari kami mengadakan Pesantren Ramadan. Selasa (14/05) kita khususkan untuk murid kelas X, Rabunya (15/05) kelas XI dan Jumat (17/05) Nuzulul Quran, diikuti oleh 360 siswa-siswi” jelas Pak Abu.

Menariknya, pada setiap kali momen Pesantren Ramadan peserta tidak hanya disuguhi materi ceramah keagamaan saja. Lebih dari itu, mereka diajak untuk Nobar film-film dengan tema toleransi dan perdamaian. Ada film Bajrangi Baijhaan dan PK yang diputar. Lalu, setiap peserta disuruh untuk menulis ulasan singkat atas film tersebut.

“Anak-anak begitu antusias mengikuti sesi ini. Selain enjoy materinya, mereka juga bisa berkumpul semua dalam satu forum, baik yang muslim, Nasrani dan Katolik semua membaur menjadi satu. Sampai-sampai, kegiatan yang seharusnya berakhir pukul 14.30 molor setengah jam karena filmnya masih belum selesai,” terang Abu.

Sebelum memulai pemutaran film, Abu menambahkan, ada pemaparan singkat tentang pesan-pesan perdamaian dari guru-guru lintas agama—Islam, Nasrani, dan Katolik—tentang pentingnya menjaga toleransi di tengah perbedaan. Kemudian, di akhir sesi para murid diharuskan menulis ulasan singkat pesan-pesan yang ada dalam film tersebut.

“Total ada puluhan tulisan yang dikumpulkan. Kita pilah yang terbaik, dan akhirnya ada enam tulisan yang terpilih untuk mendapatkan doorprize dari sekolah,” tukas Abu.

Secara bersamaan, tulisan-tulisan tersebut juga dibagikan kepada Wahid. Berikut adalah ulasan paripurna salah satu murid SMAN 7 Semarang.

Perkenalkan sebelumnya nama saya Elfrida Calista Dewi. Saya bersekolah di SMAN 7 Semarang dan duduk di bangku kelas XI IPS 1. Saya di sini ingin mengutarakan pendapat serta kekaguman saya mengenai dampak positif seusai menonton film PK asal India ini. Dari banyaknya antusias siswa-siswi yang melihat film ini dengan saksama saya adalah  salah satu siswi yang terkena banyak perubahan cara pandang mengenai kepercayaan kepada Allah yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini.

Di film ini menceritakan seorang alien yang justru lebih memahami arti Tuhan yang menciptakan daripada kita sebagai manusia yang terkadang selalu merasa dirinya yang paling benar. Di dunia ini memang banyak sekali kepercayaan agama yang dianut para penduduknya. Mulai dari agama Islam, Katolik, Kristen, Kong Hu Cu, Hindu, Budha, dan lain-lain. Saya pribadi memang terkadang merasa agama sayalah yang paling benar dan semacamnya. Sehingga menimbulkan dampak SARA. Terkadang masih sering saya temui dan berakibat pada perpecahan kesatuan bangsa.

Jadi menurut saya semua agama yang mengajarkan kebaikan itu benar adanya, dan sudah sepatutnya kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Namun terkadang dari individu masing-masing yang masih suka melakukan kejahatan yang mengatasnamakan agama. Contohnya teroris yang mengatasnamakan Islam, sehingga dunia luar berasumsi bahwa agamanya yang membuat ia melalukan tindak terorisme.

Prasangka buruk itulah yang harus kita hindari sebagai umat beragama yang baik, jangan langsung menghakimi agamanya, tapi kita cerna dulu secara detail kronologinya bahwa yang salah itu orang yang dengan sengaja melalukan tindak terorisme.

Sebagai generasi millenial yang baik saya berprinsip bahwa cinta damai dan rasa Bhineka Tunggal Ika itu indah. Jangan buat negara kita terpecah belah hanya karena selalu merasa dirinya lah yang paling benar. Allah lah yang maha benar, menciptakan segala sesuatu sesuai porsinya masing-masing. Senantiasa selalu beriman kepada-Nya. Semoga para pembaca bisa menerima cara pandang saya yang lebih mengutamakan toleransi ini dan saya mengajak kepada para pembaca semua untuk turut menjadi generasi bangsa yang beriman, bertawakal, dan cinta damai dengan banyaknya perbedaan di sekeliling kita.

Perlu diketahui SMAN 07 Semarang adalah salah satu dari 20 sekolah damai mitra Wahid Foundation yang tersebar di 4 provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta. DRK/Red

Bagikan Artikel: