Kembali

Manajemen Rohis: Langkah Wahid Perkuat Karakter Kepemimpinan Pemuda

Ditulis : Admin

Sabtu, 9 Februari 2019

Jakarta- Wahid Foundation mengadakan pelatihan Manajemen Rohis M-LEAD (Muslim Leadership Exploration and Development). Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 25 hingga 27 Januari 2019 lalu di Wisma Hijau Depok, dengan dihadiri oleh tiga puluh lima (35) ketua/pengurus Rohis dari dua puluh sekolah dampingan Wahid Foundation yang tersebar di empat provinsi; Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Pelatihan ini sejatinya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan serta manajerial para pengurus Rohis. Dalam pelaksanaanya, kali ini Wahid Foundation berkolaborasi dengan Millenial Islami. Kesamaan visi membentuk karakater kepemimpinan serta menanamkan nilai-nilai toleransi pada setiap perbedaan di kalangan pemuda menjadi alasan utama kolaborasi ini dibuat.

Kolaborasi ini tentu saja membuat forum lebih berwarna dengan kemasan kegiatan menarik. Di setiap sesi disajikan dengan metode yang berbeda, bertujuan untuk memudahkan peserta memahami pesan-pesan materi. Pada hari pertama misalnya, sesi nilai perdamaian (Penerimaan terhadap Diri Sendiri dan Menghindari Prasangka) dibawakan dengan metode bermain dan refleksi dari modul 12 Nilai Perdamaian yang dikembangkan oleh PeaceGen.

Sesi Kepempinan dilakukan dengan metode talkshow, sesi hijrah dibawakan dengan metode sharing pengalaman seorang remaja returnee Suriah, sesi Ask Me Anything dilakukan dengan metode tur berkelompok ke stan yang terdapat Narsum lintas agama.

Metode ini terbilang sukses membuat peserta nyaman mengikuti alur forum, semua peserta yang mengisi form evaluasi mengenai sesi hari pertama, menyatakan materi-materi di hari itu sangat berkesan buat mereka. Tergambar dari muhasabah yang mereka tulis di media sosial masing-masing. 

Salah satu peserta, Febrianti Nurul Adha siswi SMAN 8 Surabaya ini menuliskan dalam akun Instagramnya.

“Hari ini 25 januari 2019 kami berkumpul bersama dalam keanekaragaman. Kita bertanya pada mereka kelompok/kaum minoritas. Merasakan bagaimana perasaan mereka, perbedaan mereka, dan pertentangan mereka. Pengalaman mereka membawa kita untuk lebih mudah bersikap. Banyak perbedaan yang belum kita ketahui. Hari ini saya tahu bagian kecil dari perbedaan. Tak perlu mengikuti, cukup mengenal dan hargai perbedaan yang ada. Toleransi masih lah ada. Banyak kejadian kecil mengandung toleransi yang terjadi di antara kita. Hindari prasangka akan suatu kaum. Bisa jadi prasangka kita ini adalah fitnah yang menyebabkan intoleran tercipta,” tulis Febrianti.

Pada hari kedua, peserta lebih banyak belajar mengenai tools (keterampilan dasar) kepemimpinan. Tools tersebut antara lain berpikir kritis, mengenal diri sendiri, proses mengatur, dan desain berpikir (design thinking). Materi ini dibawakan dengan metode workshop, di mana terdapat tes atau worksheet yang dikerjakan oleh para peserta baik secara individu maupun berkelompok. Meski materi hari kedua cukup membuat peserta memutar otak. Mereka sangat antusias mengikuti tiap sesinya. 

“Menurut saya materi yang saya lagi butuhin banget dan pas banget saya dapat di materi M-Lead 2019 adalah materi design thinking yang merupakan suatu mindset untuk memecahkan masalah secara kreatif dan yang pasti tidak monoton karena di design thinking ini kita melakukan pemecahan masalah dengan melakukan triple 'i' yaitu inspiration, idetation, implementation,” tanggap Fauziyah Azzahra peserta dari SMAN 40 Jakarta dalam akun Instagragmnya. 

Di hari terakhir pelatihan, peserta fokus pada praktik membuat program Rohis yang memiliki perspektif toleransi dan Islam Damai. Program disusun memanfaatkan pengetahuan yang didapatkan di hari-hari sebelumnya.

Forum ini sendiri, sedianya menghasilkan dua hal penting. Pertama, draf program Rohis yang lebih kreatif dan memuat upaya promosi Islam Damai dan penguatan nilai toleransi. Sebagai bahan untuk mengembangkan kegiatan Rohis yang lebih kreatif di sekolah masing-masing.

Serta dokumen evaluasi dan testimoni peserta mengenai pembelajaran baru yang didapatkan. Dokumen ini nantinya akan digunakan sebagai bahan refleksi pengembangan kegiatan serupa yang lebih ideal efektif. 

Untuk diketahui, narasumber dari kegiatan ini antara lain: Firly Savitri (Imuwan Muda Indonesia), Andhyta Firselly Utami (Researcher World Bank), Widya Saputra (News Anchor MetroTV), Ahmad Romzy (PB PMII dan AIS Nusantara), Nur Dhania (Ruangobrol.id), serta perwakilan lintas agama antara lain Frinsoni Nainggolan (Kristen), Katolik (Khanza Poetri Mokoginta), Diana Pramesti (Hindu), Anes Dwi P (Budha), Aldi Destian (Konghucu), Saraswati (Kapribaden), Fardiana Fikria Q (Syi’ah) dan Fajar Ihsan (Ahmadiyah). Narasumber dari Wahid Foundation dan Milenial juga terlibat antara lain Hafizen (Sr. Capacity Building Officer), Davida Ruston Khusen (Media and Campaign Officer), Ayu Kartika Dewi (Co-founder Milenial Islami), Kinskij Boedihardja (Co-founder Millenial Islami). (Red)

Bagikan Artikel: