Kembali
Koperasi Cinta Damai Wahid Berupaya Atasi Ketimpangan Sosial Ekonomi Masyarakat Pinggiran Kota
Ditulis : Admin
Kamis, 2 Juni 2022
Depok – Hidup di perkampungan pinggiran kota besar itu bukanlah hal yang mudah bagi masyarakat di sekitaran Depok. Di satu sisi, harus dihadapkan dengan hingar bingar kehidupan metropolitan kota Jakarta dan masuknya para pendatang yang mapan yang tinggal di perumahan di sekitar perkampungan menjadi tekanan sosial tersendiri bagi pendudukan yang telah berpuluh tahun tinggal. Masyarakat di pinggiran mengalami gap akses, pengetahuan dan keterampilan yang kemudian berdampak pada kesenjangan sosial ekonomi, akibatnya yang muncul yakni situasi di mana meningkatnya kriminalitas, kekerasan dan hilangnya kearifan lokal.
Problem inilah yang kemudian melatar belakangi Wahid Foundation untuk mendirikan Koperasi Cinta Damai Wahid menyasar wilayah pinggiran kota seperti Depok dan Bogor. Di samping masalah kekerasan komunal, di wilayah–wilayah tersebut juga mengalami kerentanan munculnya kekerasan atas nama golongan seperti isu SARA dan sentimen etnis yakni stereotype penduduk asli versus pendatang. Di samping itu, kelompok perempuan menjadi kelompok paling rentan menjadi kekerasan berbasis gender.
Di wilayah Depok dan Bogor sebagaimana Riset Mendalam Wahid Foundation factor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama kerentanan perempuan di dua wilayah tersebut. Sehingga meningkatnya kekerasan komunal, kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis ekstremis di wilayah tersebut karena minimnya akses ekonomi, Pendidikan dan penguatan sosial.
Oleh karena itu, KCD Wahid didirikan sejak tahun 2013 oleh Wahid Foundation untuk menjawab persoalan ekonomi masyarakat khususnya kelompok perempuan. Kelompok perempuan diberdayakan dari sisi ekonominya, agar perempuan ini mampu dan berani bersuara menyampaikan aspirasinya. Perempuan diberdayakan untuk mengikis bahwa perempuan makhluk kedua yang layak atas tindakan kekerasan.
Hingga saat ini, KCD Wahid telah menyasar perempuan di sekitar Depok dan Bogor. Model pemberdayaan ekonomi dengan membentuk kelompok atau komunitas ini cukup efektif membangun agensi perempuan dan wadah eksistensi perempuan sebagai individu yang berdaya karena mendapatkan dukungan sesame komunitas.
Bagikan Artikel: