Kembali
Kenalkan Jurnalisme, Wahid Foundation Dorong Keterlibatan Perempuan Sebarkan Narasi Damai
Ditulis : Admin
Jumat, 22 Desember 2017
Depok – Keterlibatan perempuan dalam upaya membangun perempuan diakui banyak pihak memainkan perananan yang sangat besar, terutama dengan penekanan pada aspek keibuan dan kekluargaan, perempuan menjadi sosok yang vital dalam penyebaran komponen perdamaian.
Hal ini disadari betul oleh Wahid Foundation, melalui program Women Participation for Inclusive society (WISE) bersama UN Women, Wahid Foundation menggandeng 1500an perempuan di tiga provinsi untuk turut membangun perdamaian. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberi pembekalan jurnalisme damai kepada ibu-ibu. Harapannya, ibu-ibu dampingan Wahid dapat mengerti peta penyebaran pesan intoleran dan bahkan radikal di media serta memiliki kemampuan untuk melakukan konter atas hal tersebut.
Bertempat di hotel Santika Depok, Wahid Foundation mengumpulkan 18 ibu-ibu dari wilayah Parung dan Depok dalam workshop Edukasi Jurnalisme Damai, Kamis (21/12/17). Narasumber kegiatan ini, Achmad Ubaidillah menyebut bahwa kegiatan ini memiliki makna penting dalam pengembangan narasi Islam damai.
"Ibu-ibu harus mengikrarkan untuk membaca dan mengkampanyekan Islam yang rahmatan lil alamin serta mempunyai keberanian untuk menegur orang-orang yang menebar kebencian," jelasnya ketika ditemui di sela-sela kegiatan. Selain itu, pria yang karib disapa Gus Ubed ini juga menambahkan agar para ibu memperkuat literasi damai di lingkungan keluarga dan komunitas majelis taklim masing-masing.
"Memperkuat komunitas kecil ini lebih baik, salah-satunya adalah keluarga," tambahnya.
Baginya, keluarga adalah pondasi utama, "Mengasihi orang dimulai dari keluarga. Dengan begitu rumah tangga tidak rapuh dan anggota keluarga tidak akan terkena narasi intoleransi, radikalisme," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta workshop, Dwi, mengaku cukup antusias dengan kegiatan ini. Menurutnya, kunci utama agar terhindar dari hasutan paham intoleran dan radikal adalah dengan memperbanyak membaca.
"Kita harus perbanyak membaca buku, buka-buka internet untuk memperkaya pengetahuan kita sehingga ajakan-ajakan untuk berbuat tidak benar bisa diantisipasi," jelasnya.
Melalui banyak membaca itulah, Dwi mengatakan generasi bangsa Indonesia akan mampu mengetahui berbagai sejarah dan perkembangan bangsa dan negara Indonesia, di mana negara ini memiliki banyak sekali budaya, suku, ras dan agama. Jika seluruh elemen yang tumbuh kembang dalam berbagai perbedaan itu memahami intisari keberagaman, maka toleransi akan sangat mudah terwujud. (ibnu/arief)
Bagikan Artikel: