Kembali

Critical Thinking: Mengurai Benang Kusut Kesalahan Berpikir

Ditulis : Admin

Rabu, 20 Februari 2019

Jakarta - Pendidikan kita tidak mengajarkan bagaimana menyajikan pikiran dengan sistematis, jelas, runtut, dengan alur logika dan data yang baik. Hal semacam itu bukan bakat. Berpikir kritis adalah skill yang bisa dipelajari, dilatih dan bukan bawaan genetik dari seseorang. Ia adalah keahlian yang didapat dari latihan dan pendidikan.

Begitulah kira-kira langgam pembuka Reslian Pardede, Philosopy Practitioner (Praktisi Filsafat) dalam Training of Trainers (TOT) Critical Thinking (berpikir kritis) Wahid Foundation (WF) di Aula Griya Gus Dur, Kamis sore (14/02).

Lebih lanjut, Lian -sapaan akrabnya- menekankan sebetulnya banyak isu yang bisa kita terapkan untuk mengembangkan praktik berpikir kritis. “Ada contoh mengenai isu vegetarian misalnya, banyak orang bilang kalau vegetarian tidak agresif, lembut, penyayang, sedangkan Adolf Hitler itu vegetarian dan pecinta binatang, logikanya bisa kita balik, bahkan cenderung nggak nyambung, 'salah pikir’,” terangnya.

Namun sayangnya, menurut Lian, masyarakat kita jarang sekali mempraktikkan kebiasaan berpikir kritis. Tabiat masyarakat kita masih malas berpikir. Banyak meragukan kemampuan otaknya sendiri karena bisa jadi sebagian besarnya dipengaruhi persepsi takut berbeda dari khalayak ramai.  

Dalam praktik berpikir kritis akan ada pembahasan yang tidak pernah selesai. Seperti kecenderungan untuk tidak mempercayai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial kita. Tetapi hal itu bisa saja menjadi poin positif, kita tidak mudah menerima argumen yang bermunculan sebagai kebenaran tunggal.

“Konsekuensi orang kritis, dia selalu berusaha memahami lebih lanjut, tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, terbuka pada asumsi lain, mempertimbangkan banyak aspek dan tidak mudah dipengaruhi,” tandas alumnus Magister Filsafat STF Driyakarya ini.

Oleh karena itu, mafhum pentingnya praktik berpikir kritis, Wahid Foundation dimotori oleh Tim Peningkatan Kapasitas menggelar TOT Critical Thinking untuk meningkatkan pengetahuan staf.

Lian , Master of Trainer, memberikan pemahaman secara komprehensif terkait metode berpikir kritis. Mula-mula peserta; mayoritas merupakan staf Wahid, diajak untuk memahami tentang konsep dasar berpikir kritis. Setelah terpahami dengan baik, Lian pun beranjak pada poin teoritik disertai dengan praktik.

Ini merupakan pertemuan perdana. Sedianya, pelatihan dalam format yang sama akan diselenggarakan dalam beberapa sesi pertemuan. Harapannya, dengan pelatihan ini staf Wahid mendapatkan kerangka pemahaman yang utuh dalam memahami critical thinking, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (David/Red)  

Bagikan Artikel: