Kembali
Yayasan Prajna Harmonis dan Wahid Foundation Dorong Transformasi Peradaban Menuju Perdamaian Global
Ditulis : Admin
Minggu, 15 Juni 2025

Bali - Dalam upaya memperkuat semangat perdamaian global dan mendorong dialog antar peradaban, Wahid Foundation bersama Indonesia Yayasan Prajna Harmonis dan China Confucius Research Institute menyelenggarakan The 2nd World Civilizations Harmony Forum & 2025 HEHE Civilization Forum – Indonesia Sub-Forum pada Sabtu, 14 Juni 2025, di InterContinental Bali Resort, Bali. Forum ini didukung oleh International Confucian Association sebagai mitra akademik.
Forum ini hadir sebagai respons atas kondisi dunia yang semakin terpecah oleh konflik, krisis kemanusiaan, dan persaingan kekuatan. Dengan mengangkat tema “Transcending the ‘Law of the Jungle’ in the New Chapter of Human Civilization”, forum ini mengajak para pemimpin, cendekiawan, dan komunitas global untuk meninggalkan paradigma dominasi dan egoisme menuju visi baru peradaban yang mengedepankan martabat, keharmonisan, dan keberlanjutan hidup bersama.
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid menyampaikan menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar ruang diskusi, tetapi ruang keberanian moral untuk melanjutkan semangat kemanusiaan yang diwariskan oleh ayahandanya, Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Baginya, keberpihakan Gus Dur kepada kemanusiaan tidak mengenal batas identitas. Ia memperjuangkan hak kelompok minoritas, kesetaraan gender, dan keberagaman budaya—bahkan dari kelompok yang berbeda pandangan dengannya.
"Sebagai putrinya, saya berdiri di sini bukan hanya membawa kenangan, tetapi melanjutkan semangat itu. Semangat untuk menjembatani, bukan memisahkan. Untuk menyatukan, bukan mendominasi."
Yenny Wahid juga mengajak seluruh peserta untuk melihat peradaban sebagai jembatan dan bukan tembok. Menurutnya, dialog antarperadaban adalah tentang saling belajar, saling melengkapi, dan membangun masa depan bersama di atas nilai-nilai kemanusiaan universal.
"Inilah saatnya kita menyadari bahwa kemajuan sejati bukan diukur dari siapa yang paling kuat, tetapi siapa yang paling bijaksana dalam menghargai perbedaan dan melindungi kehidupan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Prajna Harmonis, Kasino, menekankan bahwa penyelenggaraan forum ini bertepatan dengan peristiwa bersejarah, yaitu peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika, 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, dan berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Tahun ini, kami mengusung tema 'Membangun Peradaban Baru Umat Manusia yang Melampaui Hukum Rimba'. Dengan menelusuri akar permasalahan, kita dapat mengatasi kebuntuan 'benturan peradaban', membebaskan umat manusia dari siklus konflik, dan menemukan jalan menuju harmoni simbiosis," ujarnya.
Ia menyoroti bahwa ketimpangan antara kemajuan peradaban material dan peradaban spiritual telah memicu maraknya pola pikir dan praktik 'hukum rimba'. Menurutnya, di tengah polarisasi dan krisis global saat ini, manusia perlu kembali kepada nilai-nilai luhur peradaban yang mencerminkan keharmonisan alam semesta.
Tentang Kegiatan
Forum Keharmonisan Peradaban Dunia – The World Civilizations Harmony Forum lahir pada tahun lalu melalui penyelenggaraan kegiatan perdana yang sukses. Tahun ini, Yayasan Prajna Harmonis dan Wahid Foundation kembali berkolaborasi, menggandeng China Confucius Research Institute dalam menyelenggarakan forum edisi kedua. Forum ini juga menghadirkan HEHE Civilization Forum – Indonesia Sub-Forum sebagai wujud sinergi dan kerja sama lintas.
Sebagai inti kegiatan, forum ini menghadirkan dua panel diskusi utama. Panel pertama mengangkat semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 yang lahir di Bandung. Semangat ini—yang dikenal sebagai "Semangat Bandung"—menjadi pengingat akan pentingnya hidup berdampingan secara damai dan mengejar kemajuan kolektif. Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi, nilai-nilai seperti toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan kolaborasi lintas bangsa kembali menjadi relevan dan mendesak untuk ditegakkan.
Sementara itu, panel kedua mengusung pentingnya dialog dan pertukaran antarperadaban. Pertemuan ini mendorong interaksi mendalam antarbudaya sebagai jalan untuk memperkuat solidaritas global. Dialog yang terbuka dan jujur diyakini dapat memperluas perspektif, membangun saling pengertian, dan meneguhkan kesadaran bersama bahwa masa depan umat manusia hanya dapat dibangun di atas pondasi kemanusiaan universal.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, dan mahasiswa dari berbagai negara. Melalui forum ini, Wahid Foundation dan para mitra berharap dapat memperkuat semangat satu kemanusiaan dan bersama-sama membangun tatanan dunia baru yang lebih damai, adil, dan harmonis.
Bagikan Artikel: