Kembali

Wahid Foundation Dorong Perempuan Kembangkan Bisnis di Media Sosial

Ditulis : Admin

Senin, 12 Februari 2018

Festival Toleransi Rakyat (Peace Festival 2018) di La Piazza, Gandaria City, Jakarta Minggu, 11 Februari 2018 dimeriahkan dengan talk show tentang Sosial Media dan Women Peace-Preneurship.

 

Acara yang dimoderatori Sandra Nahdar (pemerhati perubahan sosial) itu menampilkan Founder Du’anyam Azelia Ayuningtyas dan Food Photographer Alexandro Ruby sebagai pemateri.

 

Sebagai pembicara pertama, Ayu menuturkan tentang Du’anyam yang diambil dari gabungan kata Du’a (bahasa Flores: ibu) dan anyam. “Du’anyam memiliki arti ibu menganyam,” ujarnya.

 

Ayu kemudian menjelaskan tentang Pulau Flores yang memiliki masalah kesehatan, dan terkait erat dengan faktor ekonomi yang rendah.

 

“Satu dari tiga anak di Flores menderia kurang gizi. Pendapatan ibu-ibu di sana hanyalah Rp 225 ribu per bulan,” tuturnya.

 

Di sisi lain, sambung Ayu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki kearifan lokal dan sumber daya alam yang kaya, namun tidak mampu mengakses pasar.

 

Di sinilah Du’anyam melihat potensi yang bisa dikembangkan, yaitu menjadi jembatan yang menghubungkan anyaman buatan ibu-ibu Flores dengan anak muda Jakarta.

 

“Du’anyam turut berkontribusi dengan menambahkan desain modern dan fashionable pada produk-produk anyaman tersebut,” papar Ayu.

 

Strategi yang dilakukan oleh Du’anyam adalah menjual produk ke hotel, perusahaan, dan perusahaan retail. Du’anyam juga menjadi official merchandise Asian Games 2018. Produk-produk Du’anyam di antaranya keranjang, tas, dompet, dan sandal.

 

Upaya-upaya yang dilakukan Du’anyam ini membawa berkah besar bagi 450 penganyam di 17 desa di wilayah yang dikenal dengan wisata Pulau Komodo itu. Pendapatan perempuan di sana kini meningkat hingga 40 persen.

 

Salah satu tips yang disampaikan Ayu dalam memasarkan produk melalui media sosial adalah menampilkan foto dengan kutipan menarik, bercerita, dan positif. “Seperti cerita positif tentang suami yang mendukung istrinya,” saran Ayu.

 

Sebagai fotografer profesional, Alexandro membeberkan sejumlah tips dalam memotret produk. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, tapi yang terutama itu soal pencahayaan.

 

“Cahaya yang paling baik adalah dengan memanfaatkan cahaya matahari, yang lembut (soft). Antara pukul 07.00-08.00 pagi atau 16.00-17.00 sore,” beber Alex.

 

Berikut tips memotret produk versi Alexandro. Pertama, memotret produk lewat jendela dengan memanfaatkan cahaya matahari. Kedua, arah cahaya yang paling baik adalah dari samping, baik kanan atau kiri. Ketiga, memerhatikan sudut (angle) pengambilan foto. Keempat, memerhatikan  detil foto.

 

“Untuk produk fesyen, ambil foto saat produk tersebut dipakai,” ujarnya.

 

Alex menambahkan, jika menggunakan Instagram untuk mempromosikan atau menjual produk, maka sering-seringlah berinteraksi dengan pengguna akun lain. “Berilah likes dan komentar yang baik,” pesannya.

 

Salah seorang peserta bernama Zaza dari Jawa Timur mengajukan pertanyaan tentang teknik memotret makanan. “Bagaimana membuat komposisi foto makanan yang pas?” ujarnya.

 

Alex mengatakan, untuk membuat komposisi yang bagus bisa dilakukan dengan meletakkan objek di tengah, dikombinasikan dengan benda lain. Tidak memotret produk itu saja. Misalnya, foto produk keripik pisang.

 

“Jangan hanya keripik pisang saja yang difoto. Taruh secangkir kopi atau teh agar terlihat lebih menarik. Letakkan keripik di depan dan cangkir teh atau kopi di belakangnya. Gunakan juga properti lain untuk mempercantik foto,” saran Alex

 

Bagikan Artikel: