Kembali
Jajaki Kerjasama Promosi Toleransi, Higher Committee of Human Fraternity UAE Berkunjung ke Wahid Foundation
Ditulis : Admin
Kamis, 11 Juli 2024
Jakarta - Wahid Foundation menerima kunjungan dari Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Kemanusiaan (Higher Committee of Human Fraternity), Abu Dhabi, UAE, H.E Khaled Al Gaith di Rumah Pergerakan Gus Dur, pada Kamis (11/07). Kehadiran Khaled Al Gaith disambut langsung oleh Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid.
Pertemuan terbatas tersebut merupakan bagian dari kunjungan resmi Komite Tinggi Persaudaraan Kemanusiaan ke Indonesia. Dalam pertemuan tersebut Khaled Al Gaith menekankan pentingnya persatuan dan kerja sama di antara berbagai agama untuk membangun dunia yang harmonis dan damai. Beliau menyoroti upaya Komite Tinggi Persaudaraan Manusia dalam menjembatani kesenjangan antara komunitas yang beragam dan mempromosikan rasa saling menghormati dan memahami satu sama lain.
“Kita merasa bahwa Wahid Foundation merupakan lembaga dengan visi yang sama dengan kami, sehingga kami merasa perlu untuk secara bersama-sama berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian dan menjembatani perbedaan di dunia dan secara khusus di Indonesia,” jelas Khaled Al Gaith.
Di sisi lain, Khaled Al Gaith juga menuturkan bahwa dalam upaya mempromosikan toleransi tersebut dirinya bersama organisasi yang ia wakili bermaksud untuk menjajaki peluang kerja sama di masa depan, di mana beliau memperkenalkan program "Pemimpin Agama untuk Masyarakat yang Adil dan Aman".
Menanggapi maksud tersebut, Yenny Wahid berterima kasih atas kunjungan Komite Tinggi Persaudaraan Kemanusiaan UAE. Wahid Foundation merasa terhormat bisa mendapatkan atensi khusus dari Komite Tinggi. Lebih lanjut Yenny menuturkan bahwa selama ini dirinya bersama Wahid Foundation terus konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai Gus Dur dalam merawat keberagaman, mempromosikan toleransi dan perdamaian, serta menjembatani kesenjangan antar komunitas di Indonesia.
“Dalam menjalankan visi ini kami memiliki sejumlah program yang langsung bekerja sama dengan akar rumput, seperti Desa Damai dan Sekolah Damai,” terang Yenny.
Lebih lanjut menurut Yenny, dalam program Desa Damai dilaksanakan dengan memfokuskan pemberdayaan dalam empat pilar. Pertama, memperkuat partisipasi perempuan, kedua, pemberdayaan ekonomi perempuan, ketiga penguatan perdamaian perempuan, keempat dan memastikan lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu, program Sekolah Damai merupakan intervensi strategis yang mengedepankan metode partisipatif, kolaboratif dan kreatif dalam mengatasi gejala intoleransi dan pencegahan ekstremisme kekerasan di lingkungan pendidikan.
“Tentu saja kami tidak sendirian dalam menjalankan program tersebut agar berdampak dan menjadi contoh perubahan di level bawah. Kami mengajak pemerintah daerah, pemerintah lokal, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok perempuan, anak-anak muda untuk berkolaborasi bersama-sama membangun perdamaian di level desa dan komunitas,” jelas Yenny.
Dengan begitu, lanjut Yenny, maksud baik penjajakan kerja sama tersebut tentu saja dapat menjadi peluang besar untuk membuat program yang lebih berdampak luas. “Kita dapat membuat program baru atau aktivitas baru dalam kerangka program Desa Damai maupun Sekolah Damai dengan pendekatan yang lebih inovatif melalui kerja sama ini,” pungkas Yenny.
Selama hampir satu jam pertemuan berjalan, di akhir sesi Khaled Al Gaith beserta rombongan diajak berkeliling Rumah Pergerakan Gus Dur lalu bertukar souvenir.
Perlu diketahui, Komite Tinggi Persaudaraan Kemanusiaan adalah sebuah komite internasional independen yang dibentuk untuk mempromosikan nilai-nilai persaudaraan kemanusiaan di seluruh dunia dan untuk memenuhi aspirasi Dokumen Persaudaraan Manusia, yang ditandatangani bersama oleh Yang Mulia Imam Besar Al-Azhar Profesor Ahmed Al-Tayeb dan Yang Mulia Paus Fransiskus, Kepala Gereja Katolik, pada tanggal 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, UAE. (DRK)
Bagikan Artikel: