Kembali

Olga Lidya Kagumi Bakat Ibu-Ibu Dampingan Wahid Foundation

Ditulis : Admin

Sabtu, 10 Februari 2018

Jakarta – Berjalan di atas catwalk laiknya model professional tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih bagi ibu-ibu yang selama ini beraktifitas di desa. Namun siang tadi, sebanyak 23 ibu-ibu dari desa-desa dampingan Wahid Foundation melakukan hal itu dengan baik dan berhasil memukau para juri dalam gelaran Festival Toleransi Rakyat di La Piazza, Gandaria City, Jakarta.

Salah satu juri ajang ini, Olga Lidya mengaku kaget sekaligus kagum dengan penampilan ‘emak-emak’ ini. Ia pikir penjurian akan mudah karena semua peserta belum pernah naik ke atas panggung.

“Apalagi mereka belum pernah ke Jakarta. Paling banyak yang grogi, jadi tinggal mengeliminasi. Ternyata tidak. Mereka berjalan di catwalk dengan penuh percaya,” kata Olga sembari tertawa.

Apalagi, sambung Olga, para peserta adalah agen-agen perdamaian. Mereka harus merasa sangat nyaman dengan dirinya. “Itulah yang saya lihat dari penampilan mereka, yang membuat penjurian jadi cukup susah. Saya pun mulai langsung pegang-pegang kepala,” ujarnya.

Dan ternyata prediksi Olga tentang peserta salah. Tak seperti yang ia bayangkan. Demikian pula yang dirasakan juri lainnya. Namun, para juri akhirnya sepakat memilih yang terbaik. Para peserta, kata Olga, tidak hanya menunjukkan kepercayaan diri tapi sudah menunjukkan sikap kepemimpinan.

Karena itulah, para juri satu suara memilih Qoriatul Azizah sebagai kampiun dalam peragaan busana ini. Para juri juga secara bulat memilih juara satu sampai lima. Bagi juri, yang terpenting adalah peserta harus dapat memberikan inspirasi sebagai agen perdamaian. Mereka harus dapat memotivasi orang-orang di lingkungannya.

Olga mengaku tidak tahu latar belakang peserta dan bagaimana mereka bisa terlibat dalam acara ini. Yang ia tahu adalah peserta merupakan ibu-ibu biasa, dari desa-desa yang menjadi binaan Wahid Foundation. “Dalam hal ini saya angkat topi pada Wahid Foundation. Mereka telah melakukan sebuah pekerjaan yang luar biasa,” sanjungnya.

Ia berharap acara yang digelar Wahid Foundation ini menjadi inspirasi. Dan makin banyak perempuan yang terlibat dalam program-program perdamaian dan toleransi. Tak hanya dari kalangan perempuan desa, tapi dari beragam latar belakang. Agar mereka bisa melihat betapa positifnya gerakan ini dan memberikan dukungan.

Setali tiga uang, Sutradara Nia Dinata juga mengaku kaget dan terharu dengan penampilan ibu-ibu itu. Menurutnya, ibu-ibu tersebut kelihatan sangat bahagia bisa tampil mal. “Saya terharu, ada ibu yang belum pernah ke Jakarta. Dan kalau acara ini dibuat tahunan, maka akan benar-benar memberdayakan ibu-ibu,” ujarnya.

Menurut Nia, kadang ada ibu-ibu yang berpikir dedikasinya hanya untuk suami dan anak. Padahal mereka bisa berdaya di bidang ekonomi maupun masyarakat sekitarnya. “Jadi saya pikir ini empowering moment (saat yang memberdayakan). Reward-nya (apresiasi) tidak bisa bisa diukur tapi membuat mereka lebih percaya diri,” jelas Nia.

Nia juga mengapresiasi mal-mal yang memfasilitasi kegiatan seperti ini. Karena tidak semua acara harus komersilkan.

Bagikan Artikel: