Kembali

Di Solo, Wahid Foundation Gandeng Kelompok Ibu Lawan Hoax

Ditulis : Admin

Jumat, 19 Januari 2018

Solo – Bahaya berita-berita bohong atau hoax yang menyebar di media perlu diwaspadai oleh semua pihak. Tidak hanya itu, keberadaan berita hoax juga perlu dilawan, salah satunya dengan menyediakan berita-berita benar yang dijadikan ‘tandingan’.

Dalam rangka menyiapkan konten-konten tandingan tersebut, Wahid Foundation menggelar workshop Edukasi Jurnalisme Damai. Diampu oleh Jurnalis senior Tempo Istiqamatul Hayati dan aktivis literasi perdamaian Gamal Ferdhi, Wahid Foundation mendorong kelompok perempuan untuk meramaikan media, utamanya dunia maya, dengan konten-konten positif.

Dikatakan oleh Isti, hal utama yang perlu dilakukan oleh para ibu adalah memiliki kemampuan untuk membedakan mana berita yang benar dan mana yang hoax. “Ada lima langkah untuk terhindar dari berita hoax. Pertama, hati-hati dengan judul yang provokatif. Kedua, cermati alamat situs, periksa fakta, cek keaslian foto dan terakhir, ikut dalam diskusi-diskusi anti hoax,” jelasnya.

Mengutip akun @hoaxbuster_idn yang mendefiniskan apa itu hoaks. Isti menyebut hoaks sebagai berita yang seolah-olah benar tetapi sebenarnya bohong. Hoaks juga membawa nama-nama besar tapi tidak ada bukti kuatya. Kemudian, mengutip pendapat ilmuwan. Berita ini biasanya disebarkan melalui broadcast atau media yang tidak kredibel. Hoaks juga sering menggunakan kalimat paranoid: “Tolong sebarkan saudaraku... demi kebaikan orang-orang yang kita sayangi”.

Untuk menangkis hoax, perempuan asli Solo ini menekankan pentingnya menulis. Sebaran berita hoax tidak bisa dilawan kecuali dengan konten-konten positif yang menunjukkan fakta. Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum membuat konten adalah menentukan angel / atau sudut pandang.

“Saya menekankan angle ini agar kita fokus. Setelah menentukan angle, kita belanja bahan dari 5W1H. Ini yang membedakan dari berita langsung dan berita panjang. Kalau berita straight news, 5W1H harus ada di paragraf pertama. Kalau beritanya menceritakan tentang kearifan lokal, 5W1H dapat disebarkan, misalnya di setiap paragraf. Tetapi jangan berjarak,” jelas Isti.

Dalam workshop ini, 20 ibu-ibu juru damai dampingan Wahid Foundation dilatih untuk menjadi jurnalis-jurnalis warga yang fokus pada isu-isu perdamian, khususnya dari sisi perempuan.

Bagikan Artikel: