Kembali

WF Dorong Dua Ratus Perempuan Kampung Damai Jadi Wirausahawati

Ditulis : Admin

Senin, 12 Februari 2018

Jakarta – Survei Wahid Foundation tentang Tren Toleransi di Kalangan Muslim Perempuan Indonesia 2017 menyebut evaluasi positif terhadap kondisi ekonomi nasional salah satu faktor penting pengurang resiko radikalisme.

“Temuan ini fakta penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus memperbaiki kondisi ekonomi kita, termasuk kondisi ekonomi masyarakat di tingkat lokal,” kata Direktur Wahid Foundation Yenny Zannuba Wahid.

Karena itu, lanjut Yenny, sejak beberapa tahun lalu, WF mengembangkan program pendampingan masyarakat, termasuk pemberdayaan ekonomi di kalangan ibu-ibu di akar rumput dalam Program Women Participation for Inclusive Society (WISE). Program ini bekerja sama dengan UN Women, badan PBB yang bertujuan pada pemberdayaan perempuan.

Upaya-upaya penguatan ini tentu saja membutuhkan proses yang tak sebentar. Mulai dari perubahan pola pikir, bantuan modal, pengemasan hingga pemasaran di media sosial.

“Karenanya kami perlu mengajak mereka bertukar pikiran dan pengalaman dengan para ahli di bidang kewirausahaan dan pemasaran di media sosial. Dalam Peace Festival ini kami undang diantaranya Ayu Setyaningsih, pendiri Du’Anyam,” terang Mutiara, Ketua Panitia Peace Festival 2018.

Lewat Du’Anyam, Ayu berhasil mendorong perempuan-perempuan di beberapa kampung di Nusa Tenggara mengembangkan produk anyaman lokal dan berhasil meningkatkan pendapatan mereka.

Minggu (11/2) ini hari terakhir rangkaian kegiatan Peace Festival yang digelar di Mal Gandaria City Jakarta Selatan. Perhelatan menghadirkan lebih dari 200 perempuan dari lebih 10 desa binaan. Kegiatan ini juga diikuti sembilan kepala desa yang sudah menggelar deklarasi Kampung Damai. Hadir pula Walikota Batu Malang Dewanti Rumpoko. Selain mereka perhelatan ini juga dihadiri pengunjung mal.

Selain dimeriahkan acara musik dan pemutaran film dokumenter komunitas ibu-ibu di Parung, kegiatan hari terakhir ini diisi dengan talk show bertajuk “Sosial Media dan Women Peace-Preneurship”.

Disamping Azalea Ayuningtyas, talk show yang dipandu Sandra Nahdar ini juga mengundang Dhyta Cataruni, pemerhati gender dan teknologi, Alexander Ruby, fotografer makanan.

“Kami ingin para perempuan ini menjadi agen perdamaian yang juga mandiri secara ekonomi,” tegas Mutiara yang juga Senior Officer Pengembangan Bisnis Wahid Foundation.

Bagikan Artikel: