Kembali

Antisipasi Politisasi Agama, Dua Desa Damai Wahid Foundation Gelar Nobar

Ditulis : Admin

Kamis, 20 Desember 2018

Klaten, Menjelang Pilpres dan Pemilu yang semakin memanas dirasakan oleh sebagian besar komunitas perempuan cinta damai di dua desa di Klaten Jawa Tengah. Di antaranya Desa Nglinggi dan Gemblegan, sebagai desa yang saat ini aktif memberikan pemberdayaan kepada perempuan desa melalui program Desa Damai mengambil momentum jelang pemilihan umum untuk saling mengingatkan dan mencegah terjadinya  Politik elektoral memang rentan terhadap isu-isu negatif tentang SARA. Hal ini disampaikan Nurul, koordinator wilayah program Wahid Foundation di Jawa Tengah.

Pihaknya menyadari bahwa masyarakat masih minim pengetahuan tentang politik. Itulah sebabnya Desa Nglinggi & Gemblegan bekerjasama dengan Wahid Foundation menggelar acara dengan tema, “Nonton dan Sinau Bareng: Menjaga Keberagaman, Guyub Rukun, dan Adem Ayem ing Atine Menjelang Pemilu 2019.” Yang dilaksanakan pada Senin dan Selasa 17 dan 18 Desember 2018 bertempat di Balai Desa Setempat.

Nurul menuturkan Acara ini selain ajang belajar bersama tentang politik, juga sebagai rangkaian memperingati haul Almarhum KH. Abdurahman Wahid yang ke - 9.  Acara diawali dengan doa lintas iman yang diwakili oleh pemuka agama-agama yang ada di Desa Nglinggi, dilanjutkan dengan pemutaran film "Nyalon" yang diproduseri oleh Nia Dinata, dan diskusi tentang peran perempuan, edukasi politik, dan juga penerapan nilai-nilai pluralisme yang diwariskan oleh Gusdur.

Peserta nonton bareng ini memang terbuka untuk masyarakat Desa Nglinggi dan Gemblegan, terutama kaum perempuan yang rentan menjadi korban money politic.  Selain perempuan, acara ini juga menyasar kaum muda agar lebih mengerti bahwa perdamaian dan persatuan bangsa berada di atas kepentingan politik elektoral. "Kaum muda diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam cara-cara berpolitik, agar gesekan yang rentan menghasilkan konflik di masyarakat dapat diolah dengan baik." Lanjut Nurul

Selain edukasi politik bagi masyarakat, acara yang mempromosikan 9 Nilai Gus Dur diharapkan bisa mengedukasi warga , bakal calon Kades, Caleg, dan juga tim sukses, agar benar-benar memahami arti politik dan tujuan berdemokrasi di Indonesia. Pesta demokrasi bukanlah sebuah acara yang mana ketika berjoget, saling menyenggol lalu tawuran dan akhirnya kehilangan sebuah arti kata pesta, yang seharusnya menjadi kegembiraan bersama. Di akhir sambutannya Nurul menegaskan jika pentingnya menjaga kerukunan antar masyarakat untuk menghadapi Pilkades maupun pemilu kita harus tetap menjaga keragaman dan kerukunan" pungkas Nurul. Red.

Bagikan Artikel: